Utsman bin Mazh’un termasuk orang yang selalu bersungguh-sungguh dalam beribadah dan berdakwah. Di masa jahiliyahnya beliau telah mengharamkan khamar untuk dirinya. Beliau sering memakai pakaian yang terbuat dari kain yang kasar. Begitu juga dalam hal makan-makanan, beliau menyukai makanan yang terbuat dari bahan yang kasar.
Di masa itu, Utsman bin Mazh’un banyak mengalami penderitaan dan penyiksaan, sehingga mengharuskannya dirinya untuk segera berhijrah ke Habasyah bersama Saib anaknya, Abdulullah, dan Qudamah saudaranya. Dalam sebuah riwayat mengatakan Utsman bin Mazh’un sebagai pimpinan rombongan orang-orang yang juga ikut berhijrah bersamanya.
Setelah dua tahun menetap di Habasyah, Utsman bin Mazh’un mendapat berita sehingga beliau dan rombongannya kembali ke Mekah. Namun, ketika mengetahui bahwa berita itu bohong, maka Utsman bin Mazh’un berniat hendak kembali ke Habasyah.
Singkat cerita sebelum beliau kembali ke Habasyah, beliau pergi mengunjungi sahabat dan tetangganya setelah berziarahi Baitul Haram. Namun, setelah sampai di Mekkah Walid bin Mughirah menjebak beliau dengan bujukan menawarkan perlindungan kepadanya. Maka disiksalah Utsman bin Mazh’un oleh beberapa kaumnya.
Menjadi Gubernur

Kebiasaan buruk itu rupanya belum didengar oleh khalifah Umar bin Khattab. Sehingga Qudamah diberi amanah sebagai gubernur Bahrain.
Dari segi ibadah, Qudamah bin Mazh’un ibadahnya baik. Dia selalu salat berjamaah. Ngajinya juga bagus, dan aktif mengikuti pengajian di Masjidil Haram. Bahkan Qudamah ikut perang Badar bersama Rasulullah. Qudamah adalah paman Abdullah bin Umar RA dan Hafsah RA.
Cerita tentang Qudamah didengar juga oleh khalifah Umat bin Kattab, dan beliau ingin membuktikan sendiri. Sampai pada suatu hari khalifah Umar bin Khattab mengetahui sendiri Qudamah sedang minum Miras sampai mabuk. Ketika sudah sadar, Qudamah disidang oleh khalifah Umar bin Khattab.
Dalam persidangan Qudamah bin Mazh’un, mengatakan bahwa minum Miras itu boleh, seperti yang diterangkan dalam surat ke Al-Maidah (5) ayat 93, yang artinya:
“Tidak ada dosa bagi orang-orang yang beriman dan mengerjakan amalan yang saleh karena memakan makanan yang telah mereka makan (dahulu), apabila mereka bertakwa serta beriman, serta mengerjakan kebajikan, kemudian mereka bertakwa dan beriman, kemudian mereka (tetap juga) bertakwa dan berbuat kebajikan. Dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan,”.
Ikut dalam Perang Badar
Saat perang Badar, dengan segera Utsman bin Mazh’un ikut serta untuk berjihad dengan segenap jiwa raganya. Setelah perang usai, beliau pulang dalam keadaan selamat. Beberapa waktu kemudian, beliau menghembuskan nafas terakhirnya di Madinah.
Kematian Utsman bin Mazhun sapai ke telingan Rasulullah, maka Rasulullah bergegas menuju rumah Utsman bin Mazh’un. Rasulullah disambut oleh istri Utsman bin Mazh’un yang tampak teramat sedih, kemudian Rasulullah mendekati jenazah Utsman seraya mengusap dan menciumnya dengan meneteskan air mata, serta bersabda,
“Wahai Abu Sa’ib (Utsman bin Mazh’un), semoga Allah merahmatimu. Kau meninggalkan dunia tanpa terkena fitnah dunia.” (HR. Ath-Thabrani dan Abu Nu’aim).
Dalam sebuah riwayat dikatakan, ketika Utsman bin Mazh’un wafat, istrinya berkata, “wahai Abu Sa’ib, selamat menikmati surga.” Kemudian Rasulullah bertanya kepadanya, “Dari mana kau mengetahuinya?”
Dia menjawab, “Wahai Rasulullah, dulu dia berpuasa di siang hari dan shalat di malam hari.” Rasulullah bersabda, “Sebenarnya kalau kau katakan bahwa dia mencintai Allah dan Rasul-Nya, itu sudah cukup.”
Utsman bin Mazh’un wafat tahun 36 H dalam usia 68 tahun.
Sumber: