PHP & WordPress CMS: Will They Still Be Relevant in 2026?

PHP & CMS WordPress: Masih Relevan Dipakai di Tahun 2026? - Ryan Pratama
Select Language

Hello, friends,

At ryanpratama.com, I often talk about websites, hosting, , dan ekosistem digital. Di tengah hypenya teknologi baru—Node, Go, Rust, Svelte, Next, sampai segala macam “JS-verse”—selalu ada satu pertanyaan klasik yang suka muncul:

“PHP sama WordPress itu masih relevan nggak sih dipakai sampai 2026 ke depan?”

Jawaban pendek dari saya:
Masih. Tapi cara pakainya harus naik level.

Yuk saya bantu bedah pelan-pelan.


Fakta Dulu: WordPress Masih Pegang Pangsa Pasar Besar

Suka atau nggak suka, di dunia nyata:

  • Banyak website bisnis, company profile, blog, portal berita, sampai toko online kecil–menengah masih lari pakai WordPress + PHP.
  • Agensi, freelancer, dan developer lokal masih sering pakai WordPress karena:
    • Cost efisien (Murah tapi tidak murahan)
    • Ekosistem plugin masif banyak banget tinggal pilih
    • Community support gede banget dan mudah di Develop

Artinya buat tahun depan di 2026:

Skill PHP + WordPress itu belum kadaluarsa, cuma sudah bukan “wow factor” lagi—lebih ke fondasi basic yang tetap menjual kalau dipakai dengan benar.


Kenapa Masih Banyak yang Pakai PHP & WordPress?

Beberapa alasan kenapa PHP & WordPress masih relevan:

Cepat untuk MVP & Proyek Bisnis Nyata

Kalau klien datang dan bilang:

  • “Mau website company profile simple maupun agak ribet ”
  • “Mau landing page buat campaign bisa satset”
  • “Mau bikin toko online skala UMKM yang bisa jalan sekarang, bukan 3 bulan lagi”

Kadang paling waras ya:

  • WordPress + theme proper
  • Plugin yang sudah mature dan versi stable
  • Sedikit custom code di functions.php / plugin custom buatan sendiri lebih mudah

Dibanding bangun full custom stack dari nol, WordPress sering:

  • Lebih cepat go-live
  • Lebih murah buat klien
  • Lebih gampang di-handover ke admin non-teknis

Ekosistem Plugin & Tema Masih Gila-Gilaan banyaknya

Butuh plugin seperti:

  • Booking system
  • Membership
  • WooCommerce + payment gateway lokal
  • Form builder
  • LMS sederhana

Kemungkinan besar: sudah ada plugin-nya.
Tugas kita bukan bikin dari nol, tapi:

  • Kurasi plugin yang benar dan efisien untuk klien
  • Konfigurasi yang aman karena banyak bot dan orang resek
  • Tambah custom logic kalau memang perlu

Tapi Bukan Berarti Tanpa Masalah

Nah, di 2026 ini pakai PHP & WordPress asal jadi sudah nggak cukup.

Beberapa masalah klasik:

  • Website berat karena:
    • kebanyakan plugin gak penting padahal bisa di buatkan custom code
    • theme bloated
    • tidak melakukan caching / optimasi css dan javascript
  • Security lemah karena:
    • plugin bajakan
    • update system jarang
    • password admin asal-asalan
  • Struktur proyek berantakan:
    • semua logic dimasukin functions.php
    • nggak ada environment staging
    • nggak pakai version control

Jadi, kalau ditanya relevan atau nggak, saya biasanya balik tanya:

“Kamu pakai WordPress-nya kayak developer 2014 atau 2026?”


Cara Biar PHP & WordPress Tetap “Kekinian” di 2026

Supaya tetap relevan, mindset-nya harus naik kelas. Beberapa hal yang menurut saya wajib di ubah:

Treat WordPress Sebagai Framework, Bukan Cuma “Mesin Blog”

  • Pakai custom post type, custom taxonomy, ACF / custom field untuk struktur data yang rapi dan lebih baik
  • Buat plugin custom sendiri kalau logic-nya spesifik bisnis tertentu
  • Kurangi ketergantungan ke “plugin untuk segala hal” karena bikin lemot

Performance & Security Nggak Boleh Dianggap Bonus

  • Minimal pakai:
    • cache (plugin atau di level server)
    • image optimization
    • gzip/brotli, HTTP/2/3 (kalau server support)
  • Pastikan:
    • update rutin
    • plugin/theme dari sumber resmi
    • role & permission diatur, bukan semua admin

Integrasi dengan Ekosistem Modern

Di 2026, WordPress bukan harus berdiri sendirian:

  • Bisa dijadikan headless CMS → frontend pakai React / Next / Svelte, backend tetap WordPress
  • Bisa di-wrap sebagai bagian dari microservice sederhana untuk konten
  • Bisa diintegrasikan dengan:
    • CRM
    • payment modern
    • analytics yang lebih advance

PHP: Bukan Bahasa Paling Seksi, Tapi Masih Produktif

PHP memang bukan bahasa yang paling “seksi” di timeline developer.
Tapi buat dunia nyata:

  • Banyak sekali legacy & running system jalan di PHP
  • Dokumentasi & resource belajar berlimpah
  • Deployment relatif simpel dibanding beberapa stack lain gak perlu run run dan nunggu

Kalau teman sudah bisa PHP dengan solid:

  • Nggak ada salahnya upgrade skill ke:
    • OOP & design pattern di PHP
    • Framework modern (Laravel, Symfony, dsb.)
    • Cara bikin API yang rapi dari basis WordPress/PHP

Bukan PHP vs bahasa lain. Tapi:

“Sejauh apa teman bisa manfaatin PHP yang kamu sudah kuasai?”


Kapan Harus Bilang “Kayaknya Bukan WordPress Deh?”

Supaya fair, ada juga kasus di mana saya pribadi akan bilang:

“Ini jangan WordPress.”

For example:

  • Sistem yang butuh:
    • real-time heavy
    • scaling level besar
    • arsitektur kompleks banget
  • Aplikasi internal dengan workflow yang sangat spesifik dan complicated
  • Produk SaaS yang memang butuh struktur custom sejak awal

Tapi untuk:

  • Website bisnis
  • Blog konten
  • Landing page
  • Toko online kecil–menengah

WordPress + PHP tetap masuk akal — asalkan:

  • Dipikirkan dari awal: struktur, security, performance
  • Tidak asal tumpuk plugin

Kesimpulan Jujur

Jadi, PHP & WordPress di 2026:

  • ❌ Bukan teknologi paling hype di timeline saat ini
  • ❌ Bukan yang bikin kamu langsung kelihatan “futuristik” di komunitas developer dan bisa kamu pamerin

Tapi:

  • Masih sangat relevan untuk banyak kebutuhan real bisnis
  • Masih jadi senjata praktis untuk agensi, freelancer, dan UMKM digital
  • Tetap bisa dibawa ke level serius kalau:
    • dikelola dengan mindset engineering yang benar
    • bukan cuma “install theme + plugin + selesai”

Buat saya pribadi, dan buat ryanpratama.com sebagai rumah digital ini:

Bedanya, sekarang dipakai dengan lebih selektif, lebih rapi, dan lebih strategis.

Sumber :

Gambar utama : https://plus.unsplash.com/premium_vector-1734332717393-542a99cb7517?w=500&auto=format&fit=crop&q=60&ixlib=rb-4.1.0&ixid=M3wxMjA3fDB8MHxwaG90by1yZWxhdGVkfDMxfHx8ZW58MHx8fHx8

Previous Article

My Concerns About Judol in Indonesia

Next Article

Liquid UI: When the Interface Feels Fluid

Write a Comment

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *