Ketika Harga RAM dan SSD Terus Naikmembuat resah seorang pengguna yang hanya ingin perangkatnya tetap bisa digunakan, tetapi dunia hardware tidak lagi sebaik dulu.
Halo teman,
Di ryanpratama.com, saya cukup sering ngobrol soal website, hosting, desain, dan ekosistem digital.
Belakangan ini saya gelisah tiap kali melihat harga komponen komputer. RAM, SSD, bahkan storage eksternal yang dulu gampang dibeli tanpa mikir panjang…
sekarang naiknya terasa seperti dunia sedang iseng menguji kesabaran saya.
Tulisan ini bukan keluhan teknis, bukan juga analisis ekonomi yang rumit.
Ini lebih seperti catatan kecil dari seorang pengguna yang hanya ingin upgrade komponen ssd laptop atau PC-nya agarbisa dipakai bekerja .
Saya rasa banyak orang juga merasakannya hehehe .
Daftar isi
Harga Komponen yang Terus Bergerak Naik
Beberapa bulan terakhir, laporan yang menunjukkan adanya kenaikan harga signifikan pada komponen memori.
Berdasarkan update pasar dari dan analisa saya kenaikannya antara 20-40%:
- Harga RAM naik sekitar 20–30% sejak Q2 2024 hingga Q1 2025, terutama untuk DDR4 dan DDR5 kelas consumer.
- SSD mengalami kenaikan 25–40% untuk model NVMe populer seperti 512GB dan 1TB karena produsen mengurangi output agar harga tetap tinggi.
- Pabrikan besar seperti Samsung, SK Hynix, dan Micron disebut memangkas produksi NAND dan DRAM hingga 20–30% sehingga harga naik secara global.
- Tren ini diprediksi masih berlanjut sampai pertengahan 2025 karena permintaan AI dan server meningkat, sementara supply disesuaikan agar margin tetap terjaga.
Buat kita, pengguna biasa?
Ya, upgrade yang dulu terasa “worth it”… sekarang seperti keputusan besar, verat memang.
Saat Upgrade Tidak Lagi Sekadar Upgrade
Dulu, ketika laptop mulai lambat, solusinya simpel:
- tambah RAM,
- ganti SSD yang dulunya HDD
- selesai.
Kalau sekarang?
Tiba-tiba upgrade kecil seperti dari ssd NVME 256 GB ke 512GB terasa sama beratnya dengan membeli HP mid-range.
Kadang rasanya lucu.
Kita tidak sedang mengejar performa tinggi, tidak ingin jadi gamer profesional, tidak sedang menjalankan mesin AI besar.
Kita hanya ingin Chrome tidak nge-freeze saat buka 10 tab.
Tapi harga komponen terlalu mahal. akhirnya hanya mampu beli ssd lama 512 GB dan dijadikan eksternal.
Kenapa Harga Bisa Naik?
Saya coba merangkum alasan yang paling sering disebut para pegiat komputer.
Produksi Chip Memang Sengaja Dikurangi
- Produsen memori dunia memangkas produksi agar harga tidak jatuh terlalu rendah.
- Ini terjadi karena sepanjang 2023, harga memori sempat anjlok dan membuat produsen merugi.
Lonjakan Permintaan AI
- Data center, perusahaan AI, dan perangkat edge computing membutuhkan banyak RAM dan NAND.
- Akhirnya, supply untuk consumer menjadi lebih kecil.
Biaya produksi node yang semakin kompleks
- Teknologi pemrosesan yang makin kecil (10nm, 7nm, dsb.) membuat biaya produksi meningkat.
Siklus alamiah industri semikonduktor
Kadang harga memang naik turun—tahun ini kebetulan siklusnya sedang naik.
Untuk pabrik, ini strategi bertahan.
Untuk kita, pengguna biasa?
Ini beban tambahan yang mau tidak mau harus diterima.
Ketika Budget Tidak Lagi Sejalan Dengan Kebutuhan
Saya melihat fenomena baru: banyak orang sekarang bertahan dengan laptop lama lebih lama daripada biasanya.
Biasanya:
- tahun ke-3 mulai lemot → upgrade RAM
- storage penuh → ganti SSD
- sistem mulai berat → minimal tambah NVMe
Sekarang banyak yang bilang:
“Tahan dulu… nunggu harga turun.”
Masalahnya, harga belum tentu turun.
Dan apa pun yang melibatkan chip belakangan ini cenderung naik, bukan turun.
Pengguna Biasa Hanya Bisa Sabar
Naiknya harga hardware tidak hanya memengaruhi gamer atau kreator konten.
Justru pengguna biasa yang paling terasa:
- mahasiswa yang butuh laptop buat kuliah,
- pekerja remote yang hanya butuh perangkat responsif,
- freelance desainer yang perlu ruang storage lebih besar,
- pengguna laptop jadul yang ingin sedikit ‘remajakan’ mesin.
Mereka bukan target pasar AI.
Mereka bukan pembeli workstation mahal.
Tapi mereka ikut terdampak karena harga global bergerak di luar kendali.
Kadang saya merasa industri hardware seperti bergerak terlalu cepat di depan, sementara pengguna biasa seperti tertinggal di belakang.
Keresahan yang Mungkin Juga Kamu Rasakan
Ada beberapa hal yang mungkin kamu juga rasakan:
- Upgrade sederhana terasa terlalu mahal.
- SSD murah yang dulu ada di mana-mana, sekarang mulai langka.
- RAM second pun ikut naik karena stok baru mahal.
- Banyak laptop lama yang sebenarnya masih layak, tapi jadi terasa “tidak terjangkau” untuk diperbaiki.
- Bahkan perangkat server untuk self-hosting juga kena imbas dari harga memori.
Naiknya harga bukan hanya soal uang.
Ada rasa kecewa: seolah teknologi yang harusnya memudahkan kita, sekarang justru menjauh.
Jadi Haruskah Kita Upgrade?
Saya tidak bisa memberi jawaban pasti.
Tapi saya belajar beberapa hal dalam beberapa bulan terakhir:
- Kalau perangkat masih bisa dipakai, jangan buru-buru.
- Upgrade hanya jika benar-benar butuh, bukan sekadar ingin.
- Jika server atau project penting bergantung pada storage besar, lebih baik upgrade sekarang sebelum harga naik lagi.
- Bila laptop lama masih memungkinkan, optimasi software dulu sebelum ganti hardware.
- Jika ingin membeli RAM/SSD, cek juga market global, bukan hanya toko lokal.
Setidaknya itu membuat keputusan terasa lebih ringan.
Kesimpulan
Kenaikan harga RAM, SSD, dan komponen lain memang bukan hal yang bisa kita kendalikan.
Namun keresahan itu wajar.
Karena pada akhirnya, saya hanya ingin perangkat yang bisa bekerja dengan stabil, tanpa harus mengeluarkan biaya sebesar gadget baru.

