Halo teman,
Belakangan ini kalau ngobrol soal olahraga dimana-mana, nama padel pasti nyangkut.Di Jakarta rame, di Bali mulai banyak, dan sekarang Surabaya juga kebanjiran lapangan padel baru – dari Jungle Padel, Uno Padel, Playground Padel Club, sampai Graha Padel Club yang diresmikan Menpora.
Pertanyaannya simpel tapi nyentil:
“Kok bisa sih bisnis lapangan padel tiba-tiba rame banget?
Emang segitu cuannya?”
Jawaban pendek saya:
iya, lagi di fase “emas” – demand naik, supply belum kekejar.
Mari saya coba bedah pelan-pelan.
Daftar isi
Secara global, padel itu bukan kaleng-kaleng lagi
Dulu mungkin kita pikir padel cuma tren Eropa.
Sekarang datanya lumayan ngeri-ngeri sedap:
- 2024: 25–30 juta pemain padel di dunia, dengan lebih dari 40.000 lapangan aktif.
- Proyeksi 2026: 70.000 lapangan padel secara global.
- Pertumbuhan lapangan padel global naik sampai 240% hanya dalam 3 tahun (2021–2024).
Intinya: ini bukan tren receh dan murahan (Harga raketnya saja muahal).
Padel sudah resmi jadi salah satu olahraga dengan pertumbuhan tercepat di dunia, dan efek gelombangnya sekarang mulai kerasa banget di Indonesia.
Kenapa orang gampang jatuh cinta sama padel?
Dari kacamata user (bukan pebisnis dulu):
- Lebih mudah daripada tenis
- lapangan lebih kecil
- bola mantul di kaca
- rally lebih sering terjadi, jadi lebih fun buat pemula
- Sangat sosial
- formatnya double (2 vs 2)
- cocok buat networking, nongkrong, sekaligus olahraga
- mirip gabungan tenis, squash, dan nongkrong café
- Masuk kategori gaya hidup kekinian
- target: kelas menengah atas, eksekutif muda, expat
- sering dikemas bareng café, lounge, dan area nongkrong modern
Jadi yang dijual bukan cuma olahraga, tapi satu dengan paket lifestyle.
Bisnisnya kok bisa menguntungkan banget?
Sekarang kita masuk mode itung itungan dikit.
Beberapa data dari berbagai analisis bisnis padel di Indonesia:
- Tarif sewa di kota besar bisa Rp150.000 – Rp600.000 per jam, tergantung lokasi & segmen.
- Investasi 1 lapangan padel: kisaran Rp600 juta – Rp1,2 miliar, tergantung kualitas material & fasilitas (indoor/outdoor, kaca, lampu, rumput).
- Banyak studi & artikel yang menyebut balik modal 12–24 bulan kalau okupansi bagus (bahkan ada yang klaim bisa < 1 tahun untuk kompleks multi-court).Menjadi Pengaruh+2Withasa+2
Kenapa bisa semenarik itu?
Sewa per jam tinggi, lahan relatif kecil
- Ukuran lapangan padel standar: 10 x 20 meter.sports.eastmatix.id+1
- Dibanding futsal/tenis, m² lahan per court lebih efisien.
- Revenue per m² bisa jauh lebih tinggi karena tarif sewa per jam cukup mahal.
Jam operasional panjang
Banyak lapangan padel :
- buka dari pagi sampai larut malam; bahkan ada yang 24 jam (contoh: MSC di Surabaya).
Artinya secara teori:
- Kalau 1 court terisi 5–8 jam sehari di jam-jam “laku”, income bulanannya sudah sangat menarik.
Multi revenue stream
Lapangan padel bukan cuma jual sewa court, tapi juga:
- sewa raket & bola
- coaching / akademi
- membership
- turnamen & event komunitas
- sponsorship brand sport
- café / F&B / retail kecil
Beberapa analisis bisnis memetakan sewa lapangan sebagai 60–70% pendapatan, sisanya dari alat, coaching, dan F&B.
Jadi, saat investor lihat Excel, wajar kalau mereka bilang:
“Ini lebih menarik daripada banyak bisnis F&B.”
Kenapa Surabaya sekarang lagi ngebut bikin lapangan padel?
Ini bagian yang bikin seru.
Data lapangan padel Surabaya lagi ngegas
Beberapa sumber mencatat:
- Surabaya sekarang punya beberapa lapangan padel aktif:
Jungle Padel, Uno Padel, Graha Padel Club, Playground Padel Club, Margomulyo Sports Center, dll. - Bahkan ada yang menyebut ±40 listing proyek padel di Surabaya (operasional + under construction + planning). Supply yang benar-benar sudah bisa disewa masih di bawah 20.
Artinya:
Minat investor sudah tinggi, tapi lapangan yang siap dipakai masih terbatas.
Demand mulai kebuka, supply belum penuh.
Surabaya punya demografi yang “pas banget”
Surabaya:
- pusat ekonomi Jawa Timur
- kelas menengah atas cukup besar
- gaya hidup urban & komunitas olahraga kuat
Analisis bisnis menyebut kota seperti Jakarta, Surabaya, Bali, Bandung akan jadi pusat pertumbuhan padel Indonesia 2025–2030 karena basis komunitas dan daya beli yang kuat.
Buat investor, ini kombinasi makyus:
- kota besar
- lahan mahal → butuh olahraga yang efisien lahan
- lifestyle people cari olahraga baru yang fun & sosial
Padel masuk persis di sweet spot itu.
Jadi, apa yang bikin timing-nya menguntungkan sekarang?
Dari sudut pandang bisnis, saya lihat beberapa alasan kenapa sekarang ini “masa emas” padel:
- Tren globalnya lagi naik, bukan turun untuk olahraga
- Padel di dunia masih di fase growth, belum jenuh.
- Di Indonesia, apalagi Surabaya, belum terlalu padat
- Beberapa kota sudah mulai banyak court, tapi masih jauh dari titik jenuh.
- Di Surabaya, jumlah lapangan yang operasional masih bisa dihitung, padahal komunitas & penasaran pasar terus naik.
- Lifestyle shift: orang cari olahraga yang fun + bisa buat networking
- Padel lagi masuk kategori ini: olahraga + hangout + update status sosial.
- Model finansialnya masuk akal
- ROI 1–2 tahun itu sangat menarik buat standar bisnis properti/olahraga.
Tapi bukan berarti pasti auto cuan
Supaya fair, saya juga harus bilang:
“Lagi emas” bukan berarti sembarang bikin lapangan pasti sukses.
Risikonya:
- Kalau cuma ikut tren tanpa mikir positioning → kejebak di tengah saat kompetisi mulai rame.
- Kualitas lapangan (kaca, rumput, lampu) jelek → komunitas gampang pindah ke tempat lain.
- Nggak bangun komunitas & experience → cuma jadi lapangan sewaan biasa, bukan hub olahraga.
Yang membedakan nanti:
- siapa yang serius bangun ecosystem & komunitas
- siapa yang punya service bagus, pelatih oke, dan experience asik
- siapa yang bisa kelola occupancy & pricing dengan smart (paket prime-time vs non-prime, membership, dsb.)
Kesimpulan
Kalau diringkas:
- Secara global → padel lagi jadi salah satu olahraga dengan pertumbuhan tercepat di dunia.
- Secara bisnis → tarif sewa tinggi, lahan kecil, multi-revenue stream, ROI relatif cepat.
- Secara lokal (Surabaya) → demand dan listing investor sudah banyak, supply lapangan berkualitas masih berkembang. Kota ini lagi di fase “early but hot”.
Jadi wajar kalau:
Tiba-tiba di Surabaya terasa “terpadel-padel” — lapangan baru muncul di mana-mana.
Buat teman yang ngeliat ini dari kacamata desain & bisnis (kayak saya):
- Padel ini menarik bukan cuma sebagai olahraga, tapi sebagai case study tren lifestyle + properti + komunitas.
- Dan menurut saya, dalam 3–5 tahun ke depan, kita bakal lihat:
- siapa yang cuma ikut hype,
- dan siapa yang bener-bener bangun brand & ekosistem padel yang kuat.
Sumber :
Gambar Utama https://unsplash.com/illustrations/person-playing-tennis-with-racket-and-ball-y7RkKzHZsb0